Wednesday, November 29, 2017

MENGAJAK SESEORANG MENDAPAT HIDAYAH LEBIH BAIK DARI ONTA MERAH

Pahala yang besar bagi siapa saja yang melalui ucapannya atau ajakannya kepadaajaran Islam, sehingga seorang itu mendapat hidayah atau terbimbing ke jalan hidayah [ kebenaran Islam]. Hal itu bisa kita ambil pelajaran dari kisah /dialoq Sahabat bersama Rasulullah saw disaat akan perang khaibar. 

Berkata kepadaku Qutaibah bin Sa'id, berkata kepadaku Ya'qub bin Abdurrahman dari Abu Hazim, ia berkata ; Sahal bin Saat ra. telah  memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda pada perang khaibar :

"Aku akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang diatas tangannya Allah akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang diatas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan RasulNya, Allah dan rasulnya pun mencintainya." Berkata Sahal bin Sa'ad, "Maka orang-orangpun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah diatara mereka yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw." Ketika tiba saktu subuh, maka orang-orang ramai menghadap Rasulullah saw, semua berharap agar diberi panji oleh Rasulullah saw. Maka Rasulul bersabda , "DimanakahAli bin Abi Thalib?" Dikatakan kepada Rasul, "Ia sedang sakit mata, ya rasulallah!". Kemudian orang-orang pun mengutus seorang sahabat untuk mebawa Ali bi ABi Thalib ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Keudian rasul memberikan panji itu kepada Ali bin ABi Thalib. Lalu ALi berkata :" Ya Rasulallah!, aku akan memerangi mereka sampai mereka bisa sepesrti kita ( memeluk Islam). Kemudian Rasulullah saw bersabda : " Berangkatlah perlahan-lahan hingga engkau berada di halaman mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam, dan kabarkanlah kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah [ Mutafaq Alaih].

[ dari kitab Min Muqowwimat Nafsiyyah Islamiyyah, bab 3 / hal 48 ]

ENGKAU BERSAMA DENGAN YANG ENGKAU CINTAI

Dari Annas , sesungguhnya Nabi SAW bersabda :

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang kiamat. Ia berkata, "Kapan terjadinya kiamat ya rasulallah?", rasul berkata : "Apa yang telah engkau siapkan untuknya?".Laki-laki itu berkata : "Aku tidak menyiapkan apapu keciali sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Rasul saw berkata, "Engkau bersama apa yang engkau cinta". Anas kemudian berkata, "Maka aku mencintai nabi, Abu Bakar, dan Umar . Dan aku berharap akan bersama dengan mereka karena kecintaanku kepada mereka meskipun akubelum bisa beramal seperti mereka". [ Mutafaq 'alaih]

Dialog sahabat  dengan nabi ini harus dipahami, bahwa Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya, adalah suatu kemestian. Mengapa demikian?, karena setiap apa yang dicintai selalu akan ditiru dan diikutinya. Namun kebanyakan orang selalu mengaku mencintai Nabi tetapi perilakunya tidak sesuai dengan yang dicontohkannya maka itu tidak termasuk apa yang ada dalam dialoq diatas.

Allah SWT telah berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"qul in kuntum tukhibbuuna Allaha fattabu'uni yukhbibkumu Allahu wa yaghfirlakum dzunuubakum, wallahu ghafuurun rakhiimun "

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [ QS Ali Imran : 31 ]

Dari ayat diatas jelaslah bahwa bukti mencintai Allah adalah ittiba' [ mengikuti jalan/syari'at nabinya ]. Bukan hanya membacakan sejarahnya, menceritakannya dan memuji-mujinya sementara amal perbuatannya bertentangan dengan ajarannya. Allau a'lam

[ Dari Kitab min Muqowwimat nafsiyyah Islamiyyah bab 3/hal 43, dan sumber lain ]

KISAH SAHABAT BERSEGERA MENJAUHI LARANGAN ALLAH

Kisah ini  terjadi pada sahabat Nabi saw. yang diceritakan dari Al Bukhari yang dikisahkan dari Anas bin Malik ra, beliau berkata :

Suatu hari aku memberi minum kepada Abu Thalhah al anshary, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan Ubay bin Ka'ab dari Fhadij, yaitu perasan kurma . Kemudian ada seseorang yang datang , ia berkata, "Sesungguhnya khamr telah dikharamkan." Maka abu Thalhah berkata, "Wahai Annas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!". Anas berkata ,"Maka akupun berdiri mengambil tempat penumbuk biji-bijian milik kami, lalu memukul kendi itu pada bagian bawahnya, hingga pecahlah kendi itu".

Demikian gambaran sahabat Nabi SAW ketika melihat kebenaran dan datangnya ajaran Islam, maka mereka tidak menunggu waktu seketika itu juga berpaling dari keharaman dan berbalik melakukan kebenaran yang diajarkan Nabi SAW.

Bagaimana dengan kita? Mari kita renungkan bersama

[ dari kitab Min Muqowwimat Nafsiyyah Islamiyyah, bab 1/ 25]

KISAH NABI SAW BERGEGAS MEMBAGIKAN HARTA ZAKAT

Sosok Nabi SAW adalah sosok pemimpin ummat akhir zaman yang sangat mulia. Beliau lebih memikirkan ummatnya dibanding dirinya, istrinya dan keluarganya. Diceritakan dari Al Bukhari dari Abu Saru'ah, beliau  berkata :

"Suatu saat aku shalat Ashar di belakang Nabi SAW  di Madinah. Kemudian beliau SAW membaca salam dan cepat-cepat berdiri , lalu melangkahi pundak orang-orang yang ada di masjid menuju ke sebagian kamar istrinya. Maka orang-orang pun merasa kaget dengan bergegasnya nabi. Kemudian nabi saw keluar dari kamar istrinya menuju mereka. Nabi melihat para sahabatnya sepertinya merasa keheran-heranan karena bergegasnya beliau. Kemudian belia saw. berkata, "Aku bergegas dari shalat karena aku ingat suatu lantakan emas yang masih tersimpan di rumah kami. AKu tidak suka jika barang ini menahanku, maka aku memerintahkan ( kepada istriku) untuk membagi-bagikannya."

dari riwayat Muslim yang lain,Nabi saw bersabda :

Aku meninggalkan sebuah lantakan emas dari Zakat di rumahku dan aku tidak suka menahannya.

Hal ini menunjukkan agar , kita diajarkan untuk bersegera menunaikan kewajiban yang memang diamanahkan kita dari ALlah SWT, sebagaimana kewajiban membagikan Zakat yang dicontohkan Nabi SAW.

Betapa banyak dinatar kita yang tidak hanya menahan hartanya untuk dikeluarkan zakat bahkan harta harampun disimpan dan seakan tidak pernah difikirkan resikonya. Bahwa Allah SWT pasti akan meminta pertanggungjawabannya kelak  di yaumil akhir. 

[ Min Muqowwimat Nafsiyyah / Bab 1 hal. 23 ]